Sejarah Indonesia " Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Barat"
Sejarah Indonesia
" Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Barat"
" Belanda Vereenidge Oostindische Compagnie (VOC) "
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja banten terbesar dalam perlawanan terhadap belanda (VOC). Namun putra dari Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Sultan Haji (anak dari selir) bersahabat dengan Belanda, sehingga pihak Belanda turut campur atas tahta di Banten, melihat hal itu, Sultan Ageng mengobarkan perang dengan Belanda, dengan tujuan agar Belanda tidak ikut campur atas Banten, dan menurunkan Sultan Haji dari tahtanya atas Banten. Oleh karena itu Sultan Haji meminta bantuan kepada Belanda untuk meladeni bendera perang yang dikibarkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tahun 1681, Sultan Ageng Tirtayasa dikalahkan oleh Sultan Haji yang dibantu oleh VOC. Pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap VOC dan dibawa ke Batavia. Istana banten diserahkan kepada Sultan Haji. Berdasarkan perjanjian Sultan Haji dengan VOC maka banten dikuasai VOC, dan VOC mendapatkan monopoli di banten.
Perlawanan Sultan Nuku
Perlawanan Sultan Nuku dari kerajaan Tidore terhadap VOC disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain VOC melakukan monopoli perdagangan di Maluku dan penangkapan Sultan Jamaludin oleh VOC tahun 1779. Pada Tahun 1780, Sultan Nuku (Putra Sultan Jamaludin) memimpin rakyat Tidore melawan VOC. Ia berhasil mendamaikan Gubernur Ambon dengan Gubernur Ternate yang sedang berselisih agar bersatu dan bersama-sama mengusir penjajahan. Sultan Nuku juga mengadakan hubungan dengan Inggris yang waktu itu sedang berselisih dengan Belanda. Mereka bersama-sama melawan Belanda dan berhasil merebut kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda pada tanggal 20 Juni 1801. Akhirnya Ternate dapat diperstukan kembali.
Perlawanan Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
Keberadaan VOC di Batavia menghalangi usaha Sultan Agung menyatukan Nusantara. Oleh karena itu, Sultan Agung memutuskan untuk mengusir VOC dari Batavia, dengan alasan Belanda tidak mengetahui kedaulatan Mataram dan Belanda sering merintangi perdagangan mataram dengan maluku. Serangan Mataram terhadap VOC di Batavia pertama Kali dilakukan tahun 1628 dipimpim Tumenggung Bahurekso yang dibantu oleh Adipati Ukur dan Tumenggung Suro Agul-Agul, yang berakhir dengan kegagalan. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan serangan pasukan Mataram antara lain 1.pasukan Mataram kalah persenjataan.
2.kekurangan makana.
3.timbulnya wabah penyakit yang menyerang prajurit.
4.jarak Mataram-Batavia jauh sekali sehingga pertahanan mataram lemah.
Pada Tahun 1645 Sultan Agung wafat. Kemudian digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677) politik konfrontasi Sulatan Agung diganti dengan politik persahabatan, sehingga hubungan diplomat dan dagang dengan VOC dibuka lagi. Pada waktu Amangkurat I memerintah di Mataram terjadi pemberontakan Trunojoyo yang dibantu Pangeran Kajoran dan Pangeran Adipati Anom (Putra Amangkurat I),sehinggaMataram jatuh ke tangan Trunojoyo (1677). Amangkurat I berusaha melarikan diri dan minta bantuan VOC di Tegal. Namun sebelum tercapai tujuannya, di desa tegal, Arum Amangkurat I meninggal terlebih dahulu. Pangeran Adipati Anom yang semula memusihi ayahnya kemudian berbalik dan dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Amangkurat II. Usaha mencari bantuan diteruskan oleh Amangkurat II dengan menghubungi VOC ke Semarang. VOC mau membantu Amangkurat II asalkan beberapa permintaannya dikabulkan. Akhirnya pemberontakan Trunojoyo berhasil dipadamkan tahun 1680, dan konsekuensinya Amangkurat II harus mendatangani perjanjian yang berisi:
1.Daerah Karawang, Priangan, Semarang, dan sekitarnya harus diserahkan ke VOC.
2.Pesisir utara Jawa harus digadaikan kepada VOC selama hutang biaya perang belum lunas.
3.Tiap tahun Mataram harus menyerahkan sejumlah beras VOC.
4.Di Kartasura (Ibukota Mataram yang baru) ditempatkan sejumlah pasukan VOC.
5.Impor kain dan ekspor beras di Mataram dimonop[oli VOC.
Melihat isi perjanjian tersebut berarti pengaruh VOC telah masuk ke Mataram, dan abad ke 18- Mataram secara mutlak dikuasai VOC. Karena itu setiap pergantian tahta harus seizin VOC.
Perlawanan Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin yang mendapat jul;ukan sebagai Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dalam melawan penjajah. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makasar menjadi pelabuhan transito untuk kawasan timur Nusantara, sehingga ramai dan sangat menarik perhatian. Belanda yang selalu merugikan rakyat, berusaha menguasai daerah Maluku dan Makasar. Untuk kepentingan ini, Belanda melakukan politik adu dumba yakni membantu Arupalaka raja Bone. Usaha ini berhasil, sehingga timbul perang saudara antara Makasar melawan Bone yang terjadi pada tahun 1528. Belanda membantu Bone. Akibatnya Sultan Hasanuddin kalah dan harus mendatangani Perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya:
1. Makasar melepaskan daerah Bugis dan Bima.
2. Arupalaka diangkat menjadi raja Bone.
3. VOC bebas berdagang di Makasar.
4. Orang-orang asing dilarang tinggal di Makasar
5. VOC memperoleh monopoli dagang di Makasar.
#Semoga_Bermanfaat
jangan lupa share yak (y) ;) Terima kasih.
Perlawanan Sultan Nuku
Perlawanan Sultan Nuku dari kerajaan Tidore terhadap VOC disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain VOC melakukan monopoli perdagangan di Maluku dan penangkapan Sultan Jamaludin oleh VOC tahun 1779. Pada Tahun 1780, Sultan Nuku (Putra Sultan Jamaludin) memimpin rakyat Tidore melawan VOC. Ia berhasil mendamaikan Gubernur Ambon dengan Gubernur Ternate yang sedang berselisih agar bersatu dan bersama-sama mengusir penjajahan. Sultan Nuku juga mengadakan hubungan dengan Inggris yang waktu itu sedang berselisih dengan Belanda. Mereka bersama-sama melawan Belanda dan berhasil merebut kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda pada tanggal 20 Juni 1801. Akhirnya Ternate dapat diperstukan kembali.
Perlawanan Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
Keberadaan VOC di Batavia menghalangi usaha Sultan Agung menyatukan Nusantara. Oleh karena itu, Sultan Agung memutuskan untuk mengusir VOC dari Batavia, dengan alasan Belanda tidak mengetahui kedaulatan Mataram dan Belanda sering merintangi perdagangan mataram dengan maluku. Serangan Mataram terhadap VOC di Batavia pertama Kali dilakukan tahun 1628 dipimpim Tumenggung Bahurekso yang dibantu oleh Adipati Ukur dan Tumenggung Suro Agul-Agul, yang berakhir dengan kegagalan. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan serangan pasukan Mataram antara lain 1.pasukan Mataram kalah persenjataan.
2.kekurangan makana.
3.timbulnya wabah penyakit yang menyerang prajurit.
4.jarak Mataram-Batavia jauh sekali sehingga pertahanan mataram lemah.
Pada Tahun 1645 Sultan Agung wafat. Kemudian digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677) politik konfrontasi Sulatan Agung diganti dengan politik persahabatan, sehingga hubungan diplomat dan dagang dengan VOC dibuka lagi. Pada waktu Amangkurat I memerintah di Mataram terjadi pemberontakan Trunojoyo yang dibantu Pangeran Kajoran dan Pangeran Adipati Anom (Putra Amangkurat I),sehinggaMataram jatuh ke tangan Trunojoyo (1677). Amangkurat I berusaha melarikan diri dan minta bantuan VOC di Tegal. Namun sebelum tercapai tujuannya, di desa tegal, Arum Amangkurat I meninggal terlebih dahulu. Pangeran Adipati Anom yang semula memusihi ayahnya kemudian berbalik dan dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Amangkurat II. Usaha mencari bantuan diteruskan oleh Amangkurat II dengan menghubungi VOC ke Semarang. VOC mau membantu Amangkurat II asalkan beberapa permintaannya dikabulkan. Akhirnya pemberontakan Trunojoyo berhasil dipadamkan tahun 1680, dan konsekuensinya Amangkurat II harus mendatangani perjanjian yang berisi:
1.Daerah Karawang, Priangan, Semarang, dan sekitarnya harus diserahkan ke VOC.
2.Pesisir utara Jawa harus digadaikan kepada VOC selama hutang biaya perang belum lunas.
3.Tiap tahun Mataram harus menyerahkan sejumlah beras VOC.
4.Di Kartasura (Ibukota Mataram yang baru) ditempatkan sejumlah pasukan VOC.
5.Impor kain dan ekspor beras di Mataram dimonop[oli VOC.
Melihat isi perjanjian tersebut berarti pengaruh VOC telah masuk ke Mataram, dan abad ke 18- Mataram secara mutlak dikuasai VOC. Karena itu setiap pergantian tahta harus seizin VOC.
Perlawanan Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin yang mendapat jul;ukan sebagai Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dalam melawan penjajah. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makasar menjadi pelabuhan transito untuk kawasan timur Nusantara, sehingga ramai dan sangat menarik perhatian. Belanda yang selalu merugikan rakyat, berusaha menguasai daerah Maluku dan Makasar. Untuk kepentingan ini, Belanda melakukan politik adu dumba yakni membantu Arupalaka raja Bone. Usaha ini berhasil, sehingga timbul perang saudara antara Makasar melawan Bone yang terjadi pada tahun 1528. Belanda membantu Bone. Akibatnya Sultan Hasanuddin kalah dan harus mendatangani Perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya:
1. Makasar melepaskan daerah Bugis dan Bima.
2. Arupalaka diangkat menjadi raja Bone.
3. VOC bebas berdagang di Makasar.
4. Orang-orang asing dilarang tinggal di Makasar
5. VOC memperoleh monopoli dagang di Makasar.
#Semoga_Bermanfaat
jangan lupa share yak (y) ;) Terima kasih.
Comments
Post a Comment